Suatu malam, saat aku berbicara dengan diriku sendiri....
“Orang pintar adalah orang yang bisa menjelaskan hal rumit
dengan cara yang sederhana. Itu satu pandanganku.”
Kenapa?
“Memang memahami hal rumit adalah sulit. Namun menyampaikan
kembali hal rumit dengan cara yang sistematis dan sederhana adalah jauh lebih
sulit.”
Oya? Kenapa sulit?
“Begini, saat menjelaskan sesuatu, kita harus membuat alur
dari poin-poin materi yang akan kita jelaskan. Tujuannya supaya kita bisa berbicara
lancar dan tidak kehilangan arah. Nah, pembuatan alur poin materi tersebut
mensyaratkan kita menguasai materi tersebut. Proses pembuatan alur tersebut
tentu juga harus menggunakan sudut pandang lawan komunikasi kita yang belum
tentu memahami hal tersebut.”
Okay. Lalu, kamu punya satu tokoh idola terkait hal ini?
“Saat ini aku mengidolai seorang dosen di kampusku, bu
Ningky namanya. Aku langsung ngefans sama
dia sejak pertama kali ketemu di kelas Leadership.”
Kenapa kamu ngefans sama
dia?
“Caranya menyampaikan sesuatu di depan publik sangat
mencengangkan. Dia tidak neko-neko memainkan tempo atau dinamika suara.
Cara bicaranya datar dengan suara agak rendah. Namun semua pendengar tersihir
untuk mendengarkan apa yang ingin dia katakan. Aku sendiri selalu menanti dia
berbicara, hahaha!”
Coba ceritakan pengalaman berkesanmu itu!
“Aku pertama kali melihatnya saat dia menyampaikan tujuan
dari mata kuliah Leadership di
kelasku. Saat itu aku langsung kagum
pada dia. Aku rasa caranya mensistematiskan pemikiran dan kesederhanaan penyampaiannya tidak
kalah dari almarhum Gus Dur, hehehe! Semua orang bisa
memahami apa yang ingin ia sampaikan. Dia tenang sekali dalam menyampaikan sesuatu.
Tempo bicaranya sedang dengan dinamika stabil. Pilihan katanya sederhana namun
bisa menjabarkan apa yang dia maksud.”
Okay! Ada lagi pengalamanmu lainnya?
“Ada! Yaitu saat dia memberikan opening speech di acara New Kids on the Block. Saat itu ia
membuka omongan dengan menjabarkan sejarah acara tersebut di kampus dan sejarah munculnya nama New Kids on the Block. Setelah itu, dia bergeser
ke harapan bahwa acara semacam itu bisa didokumentasikan secara resmi sehingga
menjadi evaluasi bagi kampus. Dia juga menantang mahasiswa supaya dalam membuat
acara semacam itu, bisa membuat dalam skala yang lebih besar dan memberikan
manfaat bagi banyak orang di sekitar gedung kampus PPm.”
Wow! Kamu ingat detil apa yang ia bicarakan?
“Iya! Sebab sejak dia berjalan maju ke panggung untuk
berbicara, aku langsung menyiapkan diri untuk menganalisa cara bicaranya.”
Hmm.. Pengamatanmu detil juga. Lalu, apa hasil analisamu?
“Analisaku adalah bahwa dia sudah menyiapkan alur materi
yang akan dia bicarakan sebelumnya. Aku rasa dia menyiapkan itu hanya beberapa
menit sebelum dia berjalan maju ke panggung. Dia konsisten dengan keputusan
alur yang sudah ia buat. Dan saat menyampaikannya, dia juga melakukan
improvisasi dengan memunculkan candaan khasnya, yakni gaya preman
namun elegan, hahaha! Dia juga banyak memasukkan data-data unik yang menarik.
Jelas dia banyak membaca.”
Kalau kamu sendiri gimana?
“Hasil evaluasiku terhadap diri sendiri adalah aku masih
mengalami kesulitan mengungkapkan apa yang aku pikirkan. Pola sistematisnya
sudah ada di kepala, tapi mengungkapkannya dengan bahasa yang mudah dicerna
ternyata masih menjadi PR-ku.”
Maksudnya?
“Nah, ini dia contohnya. Kamu tidak mengerti apa yang aku katakan,
kan? Padahal yang ingin aku bicarakan sangat simpel. Begini, menurutku ada tiga langkah yang harus
kita selesaikan saat menyampaikan sesuatu pada publik. Satu, membuat alur
materi yang akan kita sampaikan. Dua, konsisten dengan alur itu dan menyampaikannya
dengan bahasa yang mudah pendengar pahami. Terakhir, lakukan improvisasi supaya
penyampaian menjadi menarik. Improvisasi ini biasanya dilakukan dengan humor
atau data unik yang mendukung pemikiran yang kita sampaikan. Nah, langkah ke
dua, yaitu penyampaian dengan bahasa sederhana, masih menjadi PR besarku saat
ini.”
Hmm, okay! Lalu, apa yang kamu inginkan sekarang?
“Aku ingin belajar bisa mengungkapkan pemikiran secara
sistematis dan sederhana seperti bu Ningky.”
Menurutmu, bagaimana caranya?
“Aku rasa bu Ningky bisa menjadi seperti itu berkat
beberapa
hal. Pertama, dia pasti banyak membaca. Kedua, dia rajin menulis,
menuangkan
pemikirannya ke dalam tulisan. Ketiga, dia juga pasti kerap berdiskusi ;
mengungkapkan pemikiran secara verbal, memahami pola pikir orang lain,
dan
beradu argumen. Aku rasa bu Ningky sudah kenyang melakukan hal-hal
tersebut.”
Yap! Itu pasti! Kamu juga ingin seperti dia?
“Iyoi! Tapi tetap dengan gayaku sendiri.”
Baiklah! Sukses buatmu!
“Terima kasih.”
Jumat, 3 Februari 2012
Kamar Kos, Grogol, Jakarta Barat
No comments:
Post a Comment