Sore ini, aku mengikuti misa di Gereja Santo Kristoforus di
dekat kos. Apa yang Romo sampaikan dalam khotbah, sangat menarik menurutku. Romo
membagikan kisah nyata perjuangan sebuah keluarga. Aku coba bagikan lewat
tulisan ini. Semoga bermanfaat dan selamat menikmati.
Tema misa minggu ini adalah “Kita Disembuhkan Agar Bangun
untuk Melayani”
Kisah berasal dari sepasang suami-istri dengan dua putri dan
satu putra. Suami-istri itu sangat aktif dalam organisasi gereja. Tanggung
jawab mereka terus bertumbuh, mulai dari kepanitiaan acara, organisasi
lingkungan, hingga dewan paroki. Keduanya masih muda, namun sanggup membagi perhatian
pada pekerjaan, keluarga, dan aktivitas organisasi gereja. Sang
suami bekerja sebagai dosen fakultas kedokteran di sebuah universitas ternama
di Jakarta.
Suatu saat, sang suami jatuh sakit. Penyakitnya berat. Ia
sudah berpindah-pindah dokter dan rumah sakit, namun tidak kunjung sembuh.
Dokter tidak pernah bisa menemukan penyebab penyakitnya itu.
Dalam kondisi demikian, istri dan ketiga anaknya sangat
mendukung dia. Mereka terus mendampingi perjuangan sang suami melawan
penyakitnya.
Tujuh bulan lamanya keluarga itu berjuang, hingga akhirnya
seorang dokter berhasil menemukan penyebab penyakitnya dan sembuhlah sang
suami.
Keluarga itu mengadakan misa syukur di rumah. Dalam misa,
Romo bertanya pada sang istri,”Apa yang membuat Ibu demikian kuat mendampingi
Bapak?” Sang istri menjawab singkat,”Cuma satu, Romo. Berdoa, berdoa, dan
berdoa.”
Satu bulan kemudian, Romo pindah ke paroki lain. Ia mendapat
kabar bahwa sang suami kembali jatuh sakit. Penyakitnya berbeda namun sama
beratnya dengan penyakit sebelumnya. Kondisi yang digambarkan sebelumnya
kembali keluarga itu alami. Mereka berpindah-pindah dokter dan rumah sakit.
Namun sang suami tidak juga tersembuhkan. Hingga hari ini, sang suami masih
menderita sakit.
Romo mencoba menggambarkan perasaan seorang manusia yang
melewati kondisi demikian. Dalam keadaan sakit atau mengalami masalah yang
sangat dalam, manusia kerap berteriak pada Tuhan. Romo berkata,”Saya bahkan
berkata pada Tuhan. Tuhan, keluarga itu sudah sangat baik pada sesama. Apa lagi
yang kurang?”
Romo berpesan, dalam keadaan berbeban berat, manusia harus
selalu mengingat beberapa hal. Yaitu tetap PERCAYA, BERHARAP, BERDOA, dan MENYEBARKAN
KEBAIKAN seperti yang sudah Tuhan berikan padanya.
Belum lama ini, Romo berkunjung ke rumah sakit tempat sang
suami dirawat. Dia bertanya pada sang istri,”Apa yang membuat Ibu kuat mendampingi
Bapak melewati kondisi ini?” Sang istri, berdiri di sebelah tubuh suaminya yang terbaring tidur di ranjang rumah sakit, menjawab demikian,”Romo, sebelum saya bertemu
laki-laki ini, saya sudah banyak mendapat kebaikan Tuhan. Sejak saya bertemu
laki-laki ini dan menjadi istrinya, saya juga merasakan banyak sekali kebaikan Tuhan.
Saya percaya, sekarang pun Tuhan mendampingi saya.”
”Apabila Tuhan berniat menyebarkan kasih-Nya lewat keluarga
saya, bahwa kami harus terus belajar bersyukur dan menyebarkan kebaikan
meski dalam kondisi seperti ini, kami bersedia!” jawab sang istri mantap.
Minggu, 5 Februari 2012
Kos, Grogol, Jakarta Barat
"PERCAYA, BERHARAP, BERDOA, dan MENYEBARKAN KEBAIKAN..." Mantap...
ReplyDeleteTulisan anda sangat mantap dan menyentuh empati. Lalu hal yang aneh dan lucu jika anda sendiri tidak percaya dan pasrah kepada kehendak Tuhan. Tapi saya rasa anda adalah bukan tipe seperti itu...Seperti kata orang-orang, menjadi saksi Kristus tidaklah mudah. Semoga anda setia dan berani mengaku sebagai orang katolik serta abdi Kristus. Amin
ReplyDeleteSalam...