Sunday 5 February 2012

Berdoa, Berdoa, dan Berdoa


Sore ini, aku mengikuti misa di Gereja Santo Kristoforus di dekat kos. Apa yang Romo sampaikan dalam khotbah, sangat menarik menurutku. Romo membagikan kisah nyata perjuangan sebuah keluarga. Aku coba bagikan lewat tulisan ini. Semoga bermanfaat dan selamat menikmati.

Tema misa minggu ini adalah “Kita Disembuhkan Agar Bangun untuk Melayani”

Kisah berasal dari sepasang suami-istri dengan dua putri dan satu putra. Suami-istri itu sangat aktif dalam organisasi gereja. Tanggung jawab mereka terus bertumbuh, mulai dari kepanitiaan acara, organisasi lingkungan, hingga dewan paroki. Keduanya masih muda, namun sanggup membagi perhatian pada pekerjaan, keluarga, dan aktivitas organisasi gereja. Sang suami bekerja sebagai dosen fakultas kedokteran di sebuah universitas ternama di Jakarta.

Suatu saat, sang suami jatuh sakit. Penyakitnya berat. Ia sudah berpindah-pindah dokter dan rumah sakit, namun tidak kunjung sembuh. Dokter tidak pernah bisa menemukan penyebab penyakitnya itu.

Dalam kondisi demikian, istri dan ketiga anaknya sangat mendukung dia. Mereka terus mendampingi perjuangan sang suami melawan penyakitnya.

Tujuh bulan lamanya keluarga itu berjuang, hingga akhirnya seorang dokter berhasil menemukan penyebab penyakitnya dan sembuhlah sang suami.

Keluarga itu mengadakan misa syukur di rumah. Dalam misa, Romo bertanya pada sang istri,”Apa yang membuat Ibu demikian kuat mendampingi Bapak?” Sang istri menjawab singkat,”Cuma satu, Romo. Berdoa, berdoa, dan berdoa.”

Satu bulan kemudian, Romo pindah ke paroki lain. Ia mendapat kabar bahwa sang suami kembali jatuh sakit. Penyakitnya berbeda namun sama beratnya dengan penyakit sebelumnya. Kondisi yang digambarkan sebelumnya kembali keluarga itu alami. Mereka berpindah-pindah dokter dan rumah sakit. Namun sang suami tidak juga tersembuhkan. Hingga hari ini, sang suami masih menderita sakit.

Romo mencoba menggambarkan perasaan seorang manusia yang melewati kondisi demikian. Dalam keadaan sakit atau mengalami masalah yang sangat dalam, manusia kerap berteriak pada Tuhan. Romo berkata,”Saya bahkan berkata pada Tuhan. Tuhan, keluarga itu sudah sangat baik pada sesama. Apa lagi yang kurang?”

Romo berpesan, dalam keadaan berbeban berat, manusia harus selalu mengingat beberapa hal. Yaitu tetap PERCAYA, BERHARAP, BERDOA, dan MENYEBARKAN KEBAIKAN seperti yang sudah Tuhan berikan padanya.

Belum lama ini, Romo berkunjung ke rumah sakit tempat sang suami dirawat. Dia bertanya pada sang istri,”Apa yang membuat Ibu kuat mendampingi Bapak melewati kondisi ini?” Sang istri, berdiri di sebelah tubuh suaminya yang terbaring tidur di ranjang rumah sakit, menjawab demikian,”Romo, sebelum saya bertemu laki-laki ini, saya sudah banyak mendapat kebaikan Tuhan. Sejak saya bertemu laki-laki ini dan menjadi istrinya, saya juga merasakan banyak sekali kebaikan Tuhan. Saya percaya, sekarang pun Tuhan mendampingi saya.”

”Apabila Tuhan berniat menyebarkan kasih-Nya lewat keluarga saya, bahwa kami harus terus belajar bersyukur dan menyebarkan kebaikan meski dalam kondisi seperti ini, kami bersedia!” jawab sang istri mantap.

Minggu, 5 Februari 2012
Kos, Grogol, Jakarta Barat

2 comments:

  1. "PERCAYA, BERHARAP, BERDOA, dan MENYEBARKAN KEBAIKAN..." Mantap...

    ReplyDelete
  2. Tulisan anda sangat mantap dan menyentuh empati. Lalu hal yang aneh dan lucu jika anda sendiri tidak percaya dan pasrah kepada kehendak Tuhan. Tapi saya rasa anda adalah bukan tipe seperti itu...Seperti kata orang-orang, menjadi saksi Kristus tidaklah mudah. Semoga anda setia dan berani mengaku sebagai orang katolik serta abdi Kristus. Amin

    Salam...

    ReplyDelete