Saturday 6 August 2011

Ayo Mandi, Boo!

“Booooo! Sudah sore, ayo lekas mandi!” seru Mama Kelinci. Boo tidak menghiraukan mamanya. Dia tetap bermain di tepi sungai dekat rumah. Mama Kelinci saat itu sedang memasak sup wortel. Dia mematikan kompor dan berjalan keluar rumah dengan tidak sabar. “Huuuh, anak bandel!” katanya. Saat berjalan menuju pintu depan, Mama Kelinci melihat lantai yang kotor penuh lumpur. “Pasti gara-gara dia!” kata Mama Kelinci.


Mama Kelinci kembali memanggil Boo, “Booooo! Sudah sore, ayo pulang! Mandi!” Boo menengok ke arah ibunya yang nampak kesal. “Iyaaa…” jawab Boo sambil berjalan gontai ke dalam rumah membawa ember, buku gambar, pensil warna, dan selembar kertas yang ia gunakan untuk bermain di tepi sungai. Ia sempat menengok ke gambar di lumpur dan bangunan Rumah Lumpur yang ia buat sore itu. “Dadah Rumah Lumpur. Sampai ketemu besok lagi,” kata Boo dalam hati.


Boo tidak senang mandi. Badan dan pakaiannya selalu kotor penuh lumpur. Mama Kelinci sampai bosan menyuruhnya mandi. “Kamu itu sudah besar! Tidak perlu lagi Mama menyuruh kamu mandi seperti ini!” kata Mama Kelinci kesal.


Sambil mengeluh, Boo melepaskan pakaiannya. Ia mengambil handuk warna krem miliknya dan berjalan malas ke kamar mandi. Boo membuka pintu kamar mandi pelan-pelan. Dia masih ingin bermain dengan tubuh dan pakaian kotor penuh lumpur. “Huuuuhhh… Aku malas mandi!” bisik Boo sambil melirik mamanya.


Mama Kelinci mendengarnya. “Apa yang kamu bilang, anak bandel?” kata Mama Kelinci marah. Mama Kelinci bergegas mendekati Boo. Boo takut. Dia cepat-cepat masuk ke kamar mandi. Mama Kelinci justru tersenyum kecil sambil menggelengkan kepala. “Dasaaar Boo bandel,” ujarnya.


Di dalam kamar mandi. Boo tidak segera melepaskan pakaiannya. Boo malah mengingat-ingat lagi apa saja yang ia lakukan di tepi sungai sejak siang tadi.


Ia membayangkan dirinya bersandar di bawah pohon besar di tepi sungai saat matahari sedang berada di puncak. Di sana teduh sekali. Boo suka membaca buku apa saja di sana. Tadi siang Boo membaca buku cerita anak kelinci di sana. Boo membaca sambil membawa selembar kertas dan pensil. Boo juga ingin membuat cerita anak-anak. Maka setelah membaca, ia mencoba membuat sendiri cerita tentang anak kelinci.
Setelah hari mulai sore, Boo meletakkan bukunya di bawah pohon dan bermain lumpur di tepi sungai. Ia senang menulis dan menggambar berbagai bentuk di lumpur. Sore tadi Boo menggambar dirinya bersama Mama Kelinci. “Besok aku coba menggambar Mama Kelinci sedang menyuruhku mandi,” katanya dalam hati. Hi-hi-hi, ada-ada saja ya si Boo.


Puas menggambar di lumpur, Boo mengambil ember kecil dari gudang. Ia memasukkan lumpur ke ember sampai penuh. Lalu ember itu ia balikkan di atas tanah. Bentuknya menjadi mirip sebuah rumah bundar yang ia sebut Rumah Lumpur. Boo lalu membuat sebuah lagi di sebelahnya. Setelah itu, Boo mengambil beberapa buah kerikil kecil. Batu-batu ia gunakan untuk menghias Rumah Lumpur. Ia membuat jendela dan pintu kecil dari batu kerikil.


Setelah itu, Boo mencabut segenggam rumput. Rumput itu ia potong kecil-kecil, lalu ia pasang di depan pintu rumah bundar dari lumpur itu. Rumput-rumput itu menjadi seperti pot tanaman yang ada di depan Rumah Lumpur.
Akibat bermain lumpur, tubuh dan pakaian Boo kotor sekali. Tapi ia sangat senang.


Lalu Boo masuk ke dalam rumah mengambil buku gambar dan pensil warna miliknya. Lumpur yang menempel di pakaian Boo pun mengotori lantai rumah. Boo lalu keluar lagi menuju Rumah Lumpur. Ia duduk di sebelah Rumah Lumpur dan mulai menggambarnya.
Boo mulai menggambar dinding Rumah Lumpur dengan pensil warna cokelat. Boo menggambar pelan-pelan supaya hasilnya baik. Rampung menggambar dinding rumah, Boo mengambil pensil warna abu-abu. Kemudian ia menggambar jendela dan pintu yang terbuat dari batu. Boo memang menyesuaikan warna pensil dengan bentuk Rumah Lumpur yang ia buat. Setelah itu, Boo menggambar tanaman di depan Rumah Lumpur dengan pensil warna hijau. Boo senang sekali.


Tiba-tiba ada suara Mama Kelinci. “Boo! Boo! Kenapa lama sekali mandinya? Kamu tidak ketiduran, kan?” tanya Mama Kelinci. Astaga, Boo malah lupa mandi. Dia keasyikan membayangkan lagi saat ia bermain di tepi sungai siang hingga sore tadi. “Iya, Mama. Ini Boo baru mau mandi,” jawab Boo. Mama pun heran. “Ya ampun, baru mau mandi? Apa saja yang kamu kerjakan dari tadi di dalam kamar mandi, Boo? Astaga, anak ini!” kata Mama Kelinci dari balik pintu kamar mandi.


Boo puas mengingat semua permainannya di tepi sungai. Dia merasa sangat senang dan berjanji esok akan kembali bermain di sana. Boo segera melepaskan pakaiannya dan mandi.

No comments:

Post a Comment