Wednesday 23 February 2011

Sroooootttt!!!!!

Kamis (24/02/2011), SMA Negeri 8 Yogyakarta - Saat sedang wawancara dengan pak Kingkin, guru ekstrakurikuler jurnalistik di SMA Kolese John de Britto, ingusku meluber. Langsung kuambil sapu tangan,"Nuwun sewu, pak!" Sroooott!!! Haaah, lega! Wawancara pun dilanjutkan. Kebetulan tema yang sedang dibahas sangat menarik, jadi meski beberapa kali ada intervensi luapan ingusku, kita sama-sama bersemangat.

Waktu itu hari Rabu (23/02/2011) siang. Aku beruntung beliau meluangkan waktu untuk wawancara di tengah kesibukannya mengajar. Sungguh saat-saat yang berharga.

"HATSYIII!!! HATSYIII!!! Aduh ngapunten, pak!" kataku setelah menyembur bersin dua kali berurutan. "Mboten napa-napa, mas. Saya juga pilek kok," ujar pak Kingkin dengan ramah. Wah, aku sedikit lega. Paling tidak ada kemungkinan gantian dia yang bersin atau buang ingus di depanku. Ternyata, setelah kulewati bersin dan buang ingus kesekian kalinya, guru muda ini sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda dirinya sakit pilek. Wah, jadi makin merasa bersalah sama dia.

Sapu tanganku sudah sangat basah penuh ingus. Sebentar-sebentar aku bersin dan batuk. Aku sengaja mengambil tempat duduk agak jauh dari pak Kingkin. Tangan kiriku memegang buku kecil untuk mencatat, tangan kanan memegang bolpoin. Sapu tangan yang mendadak menjadi barang primer kuselipkan di belakang buku kecil. "Merepotkan saja! Andai aku bisa membuang ingus sial ini jauh-jauh!" keluhku dalam hati.

Saat flu, biasanya tubuhku panas dingin. Sebentar panas, sebentar dingin. Keringat pun mudah sekali keluar sampai baju yang kupakai basah. Beruntung sekali aku tidak separah biasanya. Tubuhku masih kering dari keringat, dan suhu tubuh masih normal.

Ini bukan pengalaman pertamaku menjalani tugas liputan dalam kondisi tidak fit. Aku bahkan sudah pernah melancong jauh ke pantai di selatan Yogya waktu sedang tidak sehat. Tapi ini kali pertamaku wawancara dalam keadaan meler pilek. "Sungguh tidak enak," batinku usai wawancara.

Begitulah perasaanku sewaktu dan setelah wawancara. Entah apa yang dirasakan pak Kingkin sebelum, sewaktu, dan sesudah wawancara. "Sori ya, pak!" kataku sekarang. (*)

No comments:

Post a Comment